Review Journal Mata Kuliah Pengelolaan Tanah (TSL 400) Land Suitability Analysis for Policy Making Assistance: A GIS Based Land Suitability Comparison between Surface and Drip Irrigation Systems

A. H. Rabia, H. Figueredo, T. L. Huong, B. A. A. Lopez, H. W. Solomon, and V. Alessandro
International Journal of Environmental Science and Development, Vol. 4, No. 1, February 2013
Tedhi Dana Pamuji (A14120033)

Pendahuluan. Pengelolaan sumberdaya alam dengan tepat merupakan faktor yang penting dalam menjamin ketahanan pangan didunia. Sebagai akibat dari masalah global seperti kelangkaan air, pertumbuhan penduduk, dan pemadatan area pertanian, menyebabkan lahan pertanian menurun kualitasnya secara terus – menerus dan bahkan lahan yang sesuai untuk pertanian telah habis. Hal ini membuat penurunan produksi pertanian dari sistem pengairan lahan hingga 40% dari kebutuhan pangan. Kesesuian lahan merupakan pendekatan untuk menilai suatu penggunaan lahan. Perekonomian di Ethiopia terutama tergantung pada sektor pertanian, namun rendahnya curah hujan khususnya pada bagian utara Ethiopia menjadi faktor penghambat dalam usaha pertanian. Kilte Awulaelo Woreda merupakan salah satu wilayah di distrik Tigray, petani disana mulai meningkatkan kesadaran mengenai irigasi sebagai sarana peningkatan produktivitas. Di lokasi penelitian irigasi dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber air seperti aliran air sungai, pemanenan air, dan penggalian sumur untuk mendapatkan air bawah tanah. Selama masa pengolahan lahan dilakukan tindakan konservasi tanah dan air pada sisi bukit yang meningkatkan kenaikan batas muka air pada lereng bagian bawah lahan, hal ini mendorong petani menggali sumur untuk melakukan irigasi. Total area pertanian untuk tanaman tahunan pengairan tadah hujan mencapai 84%, gabungan air hujan dan irigasi 13,4%, dan lahan irigasi hanya 2,6%. Rabia (2012) telah melakukan penelitian mengenai kesesuaian lahan untuk kegiatan pertanian pada lokasi yang sama untuk tanaman pertanian yang berbeda, tetapi tidak sampai pada kesesuian lahan untuk metode irigasi yang berbeda. Produksi pada lahan tadah hujan sebagai sumber pengairan sangat tergantung pada kejadian hujan. Pada lokasi penelitian irigasi permukaan dilakukan pada lembah dan dekat dekat sungai atau dam dimana sistem saluran dibangun untuk mengimplementasikan pengalihan aliran air. Irigasi juga terkait dengan distribusi kolam dan sumur. Lahan beririgasi tersebar pada petak yang kecil, terfragmentasi pada seluruh area dibawah atau yang datar. 

Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan pada area penelitian untuk irigasi permukaan dan tetes berdasarkan pendekatan SIG dan pengindraan jauh untuk membantu pembuat kebijakan dalam mengengembangkan pengelolaan tanaman untuk lahan pertanian yang berkelanjutan. 
Metode. Pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis kesesuaian lahan adalah dengan metode evaluasi FAO untuk mengetahui daya dukung lahan untuk penggunaan tertentu. Kalkulasi indek kesesuaian untuk irigasi berdasarkan pada beberapa faktor seperti lereng, batuan permukaan, drainase, tekstur, kedalaman tanah, status kalsium karbonat, dan alkalinitas. Setelah itu lahan dibagi menjadi kelas S1, S2, S3, N1, dan N2. 
Kesimpulan. Penilaian kesesuaian lahan untuk irigasi sangat penting dilakukan untuk melakukan perencanaan pengembangan pertanian sekaligus mengatasi masalah kelangkaan air. Memilih metode irigasi yang sesuai lebih penting lagi untuk mengembangan perencanaan irigasi skala lokal maupun nasional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat secara nyata disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kesesuain kelas untuk irigasi permukaan dan tetes, dan juga secara spasial terdapat perbedaan ditribusi kelas yang sesuai. Topografi dan batuan permukaan merupakan faktor utama yang mengurangi tingkat kesesuaian lahan untuk metode irigasi permukaan, namun tidak begitu berpengaruh pada irigasi tetes. Perbandingan kesesuaian lahan untuk metode irigasi yang berbeda pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa metode irigasi tetes lebih sesuai dua kali lipat dibandingkan dengan irigasi permukaan. Hal ini dikarenakan kemudahan irigasi tetes untuk diterapkan dan juga pengaruh yang rendah dari berbagai faktor pembatas. 
Ulasan. Hasil penelitian menyarankan untuk menggunakan irigasi tetes daripada irigasi permukaan berdasarkan perbandingan kesesuaian lahan untuk dua metode irigasi tersebut. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pengindraan jauh sangat efisien untuk membuat model dan mengembangkan peta kesesuaian lahan sekaligus dengan membandingkan secara spasial kesesuaian lahan untuk metode irigasi yang berbeda. Memanfaatkan data yang ada seperti data peta geologi, peta topografi, dan peta penggunaan lahan, seklaigus melakukan survai lahan untuk melengkapi data – data tanah yang diperlukan harus dilakukan jika ingin membuat suatu peta kesesuaian laha. Evaluasi kesesuaian lahan untuk memilih metode irigasi yang sesuai merupakan upaya yang perlu dilakukan guna mendukung tercapainya produktivitas optimal. Daerah dengan curah hujan rendah memerlukan sistem pengelolaan pengairan yang tepat agar ketersediaan air dapat terjaga. Metode irigasi permukaan dan tetes merupakan upaya dalam menjaga ketersediaan air. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor pembatas maka metode irigasi teteslah yang paling sesuai untuk diterapkan. Selain menggunakan kedua metode tersebut sebaiknya pula dilakukan tindakan konservasi tanah. Berbagai metode konservasi tanah dapat dilakukan baik itu secara mekanik, kimia, dan vegetatif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI PETA DIGITAL

SOIL AMENDMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN TANAH DI INDONESIA

STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT