Review Journal Mata Kuliah Pengelolaan Tanah (TSL 400) DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS KEMAMPUAN LAHAN DI TUBAN, JAWA TIMUR
Land
Capability Based Environmental Carrying Capacity in Tuban, East Java
Widiatmaka,
Wiwin Ambarwulan, Muhamad Yanuar Jarwadi Purwanto, Yudi Setiawan dan Hefni
Effendi
JURNAL
MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 22, No.2, Juli 2015: 247-259
Tedhi
Dana Pamuji (A14120033)
Pendahuluan. Lahan merupakan sumberdaya alam yang terbatas ketersediannya. Namun
demikian ditengan pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan
terhadap lahan semakin meningkat. Hal tersebut menyebabkan penggunaan lahan
yang melebihi kemampuan dan daya dukungnya sehingga menyebabkan degadasi lahan.
Menurut Singer dan Moons (2002) degradasi lahan merupakan hilangnya kemampuan
lahan untuk berproduksi baik yang disebabkan oleh proses fisik dan kimia.
Degradasi lahan akibat penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan potensi dan
daya dukungnya misalnya banyak terjadi pada hutan, padang rumput, atau lahan
pertanian yang diubah menjadi pemukiman. Maka dari itu diperlukan suatu
perencanaan penggunaan lahan yang tepat agar sesuai dengan potensi dan daya
dukungnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah penilaian
kemampuan lahan (Singer 2014) yang mengacu pada kalsifikasi kemampuan lahan
dari USDA. Hasil penilaian digunakan sebagai acuan perencanaan penggunaan
lahan. Menurut Klingebiel dan Montgomery (1961) analisis kemampuan lahan merupakan
analisis kualitatif. Arsyad (2010) mengkuantitatifkan metode ini sehingga mempermudah pelaksanaan evaluasi lahan di
Indonesia dan membuat evaluasi menjadi lebih obyektif. Salah satu acuan yang
harus digunakan di Indonesia dalam perencanaan tataguna lahan dan tata ruang
adalah pengaturan melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penentuan daya
dukung lingkungan hidup dalam penataan ruang yang diatur meliputi kemampuan
lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang, pembandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan lahan, dan pembandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.
Tujuan.
Untuk melakukan evaluasi daya dukung lingkungan hidup berbasis kesesuaian
antara kemampuan lahan dengan penggunaan lahan aktual dan dengan alokasi lahan
dalam pola ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Kabupaten
Tuban, Provinsi Jawa Timur.
Metode. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Citra yang digunakan adalah
citra Landsat OLI tahun 2013. Software yang digunakan untuk analisis adalah
Erdas Imagine dengan melakukan klasifikasi terbimbing diikuti dengan pengecekan
lapang. Pengecekan lapang dilakukan tahun 2014 dengan pengamatan morfologi dan
sampling tanah untuk analisis laboratorium (tekstur tanah). Satuan Peta Lahan
(SPL) dibuat dari Peta Satuan Tanah dan Lahan (1:250.000), Peta Rupa Bumi
Indonesia (!:25.000) sampling tanah dan survai lapang. Unsur dari SPL yang adalah
jenis tanah sampai kategori sub-group, bentuk wilayah, bahan induk dan kemiringan
lereng. Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan metoda Arsyad (2010) dan
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Penggunaan lahan yang diperbolehkan pada
setiap kelas kemampuan lahan mengacu pada Klingebiel dan Montgomery (1961) dan
Fenton (2014). Hasil analisis kemampuan lahan kemudian dibandingkan dengan
penggunaan lahan aktual hasil interpretasi citra Landsat 8 OLI dan alokasi pola
ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban. Kesimpulan. Kabupaten
Tuban memiliki lahan dengan kelas kemampuan lahan dari kelas II sampai kelas
VIII. Diperlukan upaya konservasi lahan
bagi lahan yang secara aktual telah digunakan melebihi kemampuan lahannya. Pada
wilayah yang alokasinya dalam pola ruang pada RTRWK masih melebihi daya
dukungnya, upaya pengaturan kembali melalui revisi RTRWK mutlak diperlukan. Ulasan. Penelitian yang
dilakukan di kabupaten Tuban ini menunjukkan bahwa dengan metode analisis
kemampuan lahan secara kuantitatif dapat diketahui kemampuan lahan yang ada
serta hambatan dan cara untuk mengatasi faktor penghambatnya. Selain itu dapat
diketahui pula keterkaitan antara pola ruang dan kemampuan lahan yang
menunjukkan bahwa pada pola ruang yang ada sebagian tidak sesuai dengan
kemampuan lahannya. Penggunaan lahan di kabupaten Tuban dari segi luas yang
utama adalah lahan pertanian, hutan, tanah terbuka, belukar dan sawah.
Penggunaan lahan lainnya yang cukup luas adalah lahan kering dan pemukiman,
sedangkan tambak dan badan air relatif lebih sedikit. Faktor penghambat utama
lahan dari sisi luas adalah lereng, diikuti oleh drainase, tekstur lapisan
atas, atau kombinasinya. Upaya yang perlu dilakukan di Tuban adalah
upaya konservasi seperti pencegahan erosi dan perbaikan drainase. Kabupaten
Tuban tidak memiliki lahan kelas I. Total luas lahan kelas II sampai kelas IV
adalah 142.780,3 ha atau 77,6% dari luas wilayah dan lahan yang
penggunaannya sesuai dengan kemampuan lahannya adalah seluas 48.946,2
ha (34,3% luas lahan kelas II – IV). Total luas lahan kelas V sampai
VIII, atau lahan berkemampuan agak rendah sampai rendah di Tuban
adalah 38.190,3 ha (20,8% luas wilayah), dan lahan yang digunakan
melebihi kemampuannya seluas 28.261,9 ha (74% luas lahan kelas V –
VIII). Hasil analisis kesesuaian antara kemampuan lahan dengan alokasi
lahan dalam pola ruang pada RTRWK menunjukkan bahwa lahan kelas
II sampai IV lahan seluas 112.381,7 ha
atau 78,7% luas lahan kelas I – IV telah dialokasikan untuk penggunaan
lahan yang sesuai dengan kemampuannya. Lahan seluas 30.398,6 ha (21,3%
luas lahan kelas I - IV) alokasi pola ruangnya melebihi daya dukung
kemampuan lahannya namun masih memungkinkan digunakan secara bersyarat.
Lahan kelas V sampai kelas
VIII seluas 26.746,9 ha (70% luas lahan kelas V – VIII) dialokasikan tidak
sesuai dengan kemampuan lahannya. Hasil analisis untuk seluruh Kabupaten Tuban
menunjukkan penggunaan lahan aktual maupun alokasi lahan dalam pola ruang pada
RTRWK telah cukup baik. Meskipun demikian, hasil menunjukkan pula perlunya
penataan, baik dalam hal penggunaan lahan aktual maupun alokasi lahan dalam
pola ruang resmi dalam RTRWK. Namun
demikian seharusnya dalam penelitian ini analisis laboratorium tidak hanya
dilakukan untuk tekstur tanah namun juga unsur hara tanah baik unsur hara makro
maupun mikro. Upaya konservasi lahan diperlukan di kabupaten tuban mengingat
laju degradasi lahan yang meningkat setiap tahunnya. Perubahan penggunaan lahan
dari hutan atau area pertanian menjadi pemukiman atau area industri saat ini
marak terjadi di kabupaten Tuban. Penelitian ini seharusnya mampu memberikan
informasi pada pemerintah daerah kabupaten Tuban agar dapat merevisi RTRWK yang
tidak sesuai dengan kemampuan lahannya.
Komentar
Posting Komentar