ANALISIS PEMUSATAN AKTIFITAS, PERKEMBANGAN WILAYAH, DAN DEKOMPOSISI PERTUMBUHAN PROVINSI JAWA TIMUR

TEDHI DANA PAMUJI

DIVISI PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Jawa Timur merupakan sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian timur Pulau Jawa memiliki luas wilayah 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat (Aini 2003). Pembangunan merupakan konsep normatif yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia. Menurut Arsyad (1999) pembangunan adalah usaha meningkatkan harkat martabat masyarakat yang dalam kondisinya tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Membangun masyarakat berarti memampukan atau memandirikan mereka. Dimulainya proses pembangunan dengan berpijak pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan dapat memacu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri.

Penentuan sektor unggulan pada suatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi yang akan dihadapi oleh rakyat Indonesia. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengacu pada sektor yang mempunyai keunggulan komparatif. Untuk dapat menentukan sektor unggulan disuatu daerah maka diperlukan analisis lebih lanjut. Analisis yang dapat dilakukan diantaranya adalah Location Quotinent, Entropi Wilayah, dan Shift Share Analysis. Provinsi Jawa Timur memiliki beberapa sektor yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai sektor ungulan. Maka dari itu analisis lebih lanjut diperlukan guna mengetahui sektor-sektor yang dapat dijadikan sektor unggulan provinsi Jawa Timur.
TUJUAN
1. Mengetahui pemusatan suatu aktivitas di wilayah provinsi Jawa Timur.
2. Mempelajari teknik identifikasi perkembangan aktifitas dengan konsep entropi.
3. Melihat tingkat keunggulan kompetitif (competitiveness) provinsi Jawa Timur.

METODE
ALAT DAN BAHAN
  • Analisis: Location Quotinent, Entropi Wilayah, Shift Share Analysis
  • Alat: Software Microsoft Excel 2013, Microsoft word 2013, Micrsoft Power Point 2013, dan Adobe Reader
  • Bahan: PDRB Provinsi Jawa Timur tahun 2000 dan 2004

METODE
Location Quotinent
HITUNG NILAI X.. XI. DAN X.J
COPY DATA (HANYA JUDUL KOLOM DAN TABEL) KE SHEET BARU
HITUNG NILAI LI
HITUNG NILAI SI
HITUNG NILAI LQ

Entropi Wilayah
HITUNG NILAI X.. XI. DAN X.J
HITUNG NILAI PELUANG SETIAP SEL
HITUNG NILAI ln DARI MATRIKS P(xnp)
HITUNG HASIL PERKALIAN DARI Rij= -[Pij x ln(Pij)]
HITUNG NILAI ENTROPI
HITUNG NILAI INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH
Hi = S / Smax

Shift Share Analysis
HITUNG NILAI X.. XI. DAN X.J
HITUNG NILAI
komponen regional share (RS)
HITUNG NILAI
komponen proportional shift (PS)
HITUNG NILAI
komponen differential shift (DS)
HITUNG NILAI
Hitung SSA: RS + PS + DS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuosien lokasi disingkat dengan LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/ komoditi di suatu daerah terhadap peraran sektor/ komoditi di daerah yang lebih tinggi. Dengan kata lain LQ menghitung share output sektor I di kabupaten dengan share output sektor i di provinsi. Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikanpertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan total aktifitas disuatu wilayah kabupaten/kota dengan total aktivitas tersebut dalam total aktivitas di provinsi Jawa Timur. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas sektor pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati (Adisasmita 2006).
Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, maka:
 Jika nilai LQ > 1, maka perkembangan aktifitas lebih tinggi dari perkembangan rataan seluruh unit wilayah atau indikasi adanya pemusatan aktifitas di unit wilayah tersebut
 Jika nilai LQ = 1, maka perkembangan aktifitas sama dengan rataan seluruh unit wilayah
 Jika nilai LQ < 1, maka perkembangan aktifitas di bawah rataan seluruh unit wilayah
Berdasarkan analisis LQ yang dilakukan diperoleh data yang menyatakan bahwa nilai LQ di beberapa kabupaten di provinsi Jawa Timur menunjukkan keberagaman dari tahun 2000 ke 2004. Pada umumnyabeberapa sektor di kabupaten yang dianalisis tidak mengalami perubahan nilai LQ yang signifikan dari tahun 2000 ke 2004. Pada tahun 2000 di kabupaten Jobang untuk nilai LQ sektor perdagangan hotel, dan restoran yaitu sebesar 1,015 sedangkan pada tahun 2004 nilai LQ tersebut adalah sebesar 0,935. Perubahan ini menunjukkan bahwa di kabupaten Jombang tidak terjadi adanya pemusatan aktifitas untuk sektor tersebut. Hal tersebut juga terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang turun nilai LQ-nya dari 1,043 pada tahun 2000 dan menjadi 0,939 pada tahun 2004. Perubahan ini dapat disebabkan adanya dinamika perekonomian skala mikro di kabupaten Jombang.
Secara keseluruhan terjadi pemusatan aktifitas pertanian di kabupaten Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Magetan, dan Ngawi. Sektor pertambangan dan penggalian di kabupaten Mojokerto dan Madiun. Sektor industri pengolahan di kabupaten Sidoarjo, Mojokerto, dan Madiun. Sektor listrik, air, dan gas di kabupaten Sidoarjo dan Jombang. Sektor bangunan di kabupaten Madiun dan Magetan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran di kabupaten Jombang, Nganjuk, dan Ngawi. Sektor pengangkutan dan komunikasi di kabupaten Sidoarjo dan Jombang. Sektor jasa-jasa di kabupaten Nganjuk, Madiun, Magetan, dan Ngawi. Tidak terjadi pemusatan aktifitas pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan di kabupaten yang dianalisis.

Nilai entropi atau biasa disebut indeks entropi memiliki prinsip bahwa semakin beragam aktifitasa atau semakin luas jangkauan spasial maka semakin tinggi entopi wilayah. Dapat dikatakan bahwa wilayah itu semakin berkembang. Hasil entropi dari data aktifitas per sektor di provinsi Jawa Timur pada tahun 2000 adalah sebesar 4.531 dan pada tahun 2004 sebesar 4.538. Selisih keduanya yang bernilai positif, yaitu sebesar 0.007 menunjukkan bahwa ada peningkatan aktifitas wilayah di Provinsi Jawa Timur dari 2000 ke tahun 2004. Nilai entropi total pada dua tahun tersebut belum mencapai nilai entropi maksimal dan hal ini menunjukkan bahwa penyebaran aktifitas di seluruh wilayah di provinsi Jawa Timur ini belum merata.
Kontribusi sektor pada tahun 2000 yang meyumbangkan aktivitas maksimal , yakni pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 23% dan sektor ini berkembang lebih merata dibandingkan pada sektor lainnya. Sedangkan pada tahun 2004 sektor yang meyumbangkan aktivitas maksimal pada Provinsi Jawa Timur ini terdapat pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 39% dan hal ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan aktivitas. Nilai entropi wilayah paling besar pada tahun 2000 dan 2004 terdapat pada kota Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan setiap aktivitas di kota Surabaya ini lebih merata dibandingkan wilayah lainnya.
Dari beberapa kabupaten yang dianalisis menunjukkan bahwa nilai entropi kabupaten Sidoarjo adalah yang tertingi dibandingkan kabupaten lainya. Kabupaten Sidoarjo memiliki nilai entropi sebesar 0,309 pada tahun 2000 dan 0,312 pada tahun 2004. Nilai entropi yang naik ini menunjukkan bahwa di kabupaten Sidoarjo terjadi peningkatan aktifitas. Kabupaten Mojokerto memiliki nilai entropi sebesar 0,109 pada tahun 2000 dan 204 yang artinya terjad stagnasi. Kabupaten Jombang mengalami kenaikan dari 0,113 pada taun 2000 menjadi 0,114 pada tahun 2004. Terjadi penurunan nilai entropi di kabupaten Nganjuk yaitu sebasar 0,087 pada tahun 2000 dan menjadi 0,086 pada tahun 2004, dapat dikatakan bahwa terjadi penurunan aktifitas di kabupaten tersebut. Kabupaten Madiun mengalami penurunan nilai entropi dari 0,059 pada tahun 2000 menjadi 0,057 pada tahun 2004. Begitupun dengan kabuaten Magetan yang mengalami penurunan nilai entropi dari 0,065 pada tahun 2000 menjadi 0,064 pada tahun 2004. Pada kabupaten Ngawi terjadi penurunan nilai entropi dari tahun 2000 sebesar 0,064 menjadi 0,062 pada tahun 2004.

Metode shift share analysis dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan wilayah. Analisis ini juga digunakan untuk menganalisis sumbangan (share) kecamatan ke kabupaten dan sektor yang mengalami kemajuan selama pengukuran. Hasil analisis shift share ini juga mampu menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah. Ada tiga sumber penyebab pergeseran yaitu :
 Komponen share, menunjukkan kontribusi pergeseran total seluruh sektor di total wilayah agregat yang lebih luas.
 Komponen proportional shift, menunjukkan pergeseran total sektor tertentu di wilayah agregat yang lebih luas.
 Komponen differential shift, menunjukkan pergeseran suatu sektor tertentu di suatu wilayah tertentu.
Apabila komponen differential shift bernilai positif maka suatu wilayah dianggap memiliki keunggulan kompetitif karena secara fundamental masih memiliki potensi untuk terus tumbuh meskipun faktor-faktor eksternal (komponen share dan proportional shift) tidak mendukung (Hendayana 2003).
Terjadi pertumbuhan di provinsi Jawa Timur yaitu dengan ditunjukkan oleh nilai RS > 0 yaitu 0,171. Pertumbuhan sektor (listrik, gas, dan air bersih), (perdagangan, hotel, dan restoran), (pengangkutan dan komunikasi), dan (keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan) di Jawa Timur lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan seluruh perekonomian secara agregat di Jawa Timur yang telihat pada nilai PS > 0. Pertumbuhan sektor (pertanian), (pertambangan dan galian), (industri pengolahan), (bangunan), dan (jasa-jasa) lebih rendah dari pertumbuhan wilayah referensi agregat ditunjukkan oleh nilai PS < 0. Nilai differerential share > 0 berarti pertumbuhan sektor tersebut d wilayah kabupaten/kota diatas pertumbuhan sektor tersebut di wilayah provinsi
Bentuk interpretasi data yang dilakukan dapat berupa seperti berikut ini. Pertumbuhan sektor (industri pengolahan), (listrik, gas, dan air bersih), dan (jasa-jasa) di Nganjuk lebih tinggi dari pertumbuhan sektor-sektor tersebut di Jawa Timur terlihat pada nilai DS > 0. Pertumbuhan sektor (pertanian), (pertambangan dan galian), (perdagangan, hotel, dan restoran), (pengangkutan dan komunikasi), dan (keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan) di Nganjuk lebih rendah dari pertumbuhan sektor-sektor tersebut di Jawa Timur yang ditunjukan oleh nilai DS < 0. Terjadi pertumbuhan di di provinsi Jawa Timur, nilai RS > 0 yaitu 0,171. Pertumbuhan sektor (listrik, gas, dan air bersih), (perdagangan, hotel, dan restoran), (pengangkutan dan komunikasi), dan (keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan) di Jawa Timur lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan seluruh perekonomian secara agregat di Jawa Timur (Nilai PS > 0). Pertumbuhan sektor (pertanian), (pertambangan dan galian), (industri pengolahan), (bangunan), dan (jasa-jasa) lebih rendah dari pertumbuhan wilayah agregat Jawa Timur (Nilai PS < 0). Pertumbuhan sektor (pertambangan dan galian), (industri pengolahan), dan (listrik, gas, dan air bersih) di Magetan lebih tinggi dari pertumbuhan sektor-sektor tersebut di Jawa Timur (Nilai DS > 0). Pertumbuhan sektor (pertanian), (perdagangan, hotel, dan restoran), (bangunan), (pengangkutan dan komunikasi), dan (keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan) di Magetan lebih rendah dari pertumbuhan sektor-sektor tersebut di Jawa Timur (Nilai DS < 0).

KESIMPULAN
Pemusatan suatu aktivitas di wilayah provinsi Jawa Timur terjadi untuk beberapa sektor di wilayah kabupaten/kota tertentu. Hal tersebut menunjukkan adanya kegiatan yang terpusat dan pembangunan terjadi di wilayah tersebut. Indeks kekhasan di beberapa kabupaten yang dianalisis tidak menunjukkan adanya kekhasan aktifitas dalam kabupaten tersebut. Perubahan nilai indeks LQ dapat disebabkan oleh adanya dinamika pembangunan dan aktifitas perekonomian dalam kabupaten tersebut. Perkembangan aktifitas dengan konsep entropi untuk provinsi Jawa Timur menunjukkan nilai yang berkembang dari tahun 2000 ke 2004. Namun demikian untuk wilayah kabupaten yang dianalisis beberapa menunjukkan bahawa perkembangan wilayah menurun dari tahun 2000 ke 2004. Nilai entropi total pada dua tahun tersebut belum mencapai nilai entropi maksimal dan hal ini menunjukkan bahwa penyebaran aktifitas di seluruh wilayah di provinsi Jawa Timur ini belum merata. Keunggulan kompetitif (competitiveness) provinsi Jawa Timur ditunjukkan oleh nilai SSA. Berdasarkan hal terebut maka dapat dibuat suatu perencanaan pengembangan wilayah di kabupaten/kota yang telah dianalisis. Sektor unggulan dapat ditentukan dengan melihat data-data yang telah dianalisis yaitu dengan memperhatikan nilai location quotinent, entropi wilayah, dan shift share analysis.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Makassar (ID): Graha Ilmu
Aini. 2003. Pengelompokkan Wilayah Jawa Timur berdasarkan Indeks Kemiskinan Manusia Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Arsyad.1999. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah : Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): BPFE
Hendayana. 2003. Aplikasi Metode Location Quetient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian. 12 (1) : 658-675

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI PETA DIGITAL

SOIL AMENDMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN TANAH DI INDONESIA

STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT