Review Jurnal Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012 EVALUASI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP KACANG TANAH TERHADAP PENYAKIT -PENYAKIT BERCAK DAUN (Cercospora arachidicola, Cercosporidium personatum) DAN KARAT (Puccinia arachidis)
Review Jurnal Superman : Suara
Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.1.,2012
EVALUASI
KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP KACANG TANAH
TERHADAP PENYAKIT -PENYAKIT BERCAK DAUN (Cercospora
arachidicola, Cercosporidium personatum)
DAN
KARAT (Puccinia arachidis)
Sri Hardaningsih
Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
P.O. Box 66 Malang 65101
Oleh:
T D Pamuji
Kacang tanah merupakan
salah satu komoditas yang unggul di Indonesia. Produksi yang tinggi dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar. Usaha peningkatan produktivitas kacang tanah
sangat dibutuhkan untuk mencapainya. Proses produksi ini terganggu oleh
adanya penyakit pada kacang tanah yang
disebabkan oleh beberapa patogen. Diantaranya adalah penyakit bercak daun dan
karat yang sering menyerang kacang tanah. Penyakit bercak daun disebabkan oleh
patogen Cercospora arachidicola dan Cercosporodium personatum gejala pada
penyakit ini adalah pada daun terdapat bercak kehitaman yang menyebar pada
daun. Penyakit karat disebabkan oleh patogen Puccinia arachidis yang meneybabkan daun mengalami perubahan warna
menjadi kecoklatan dan ada beberapa titik kehitaman pada daun.
Salah satu cara dalam
melakukan manajemen penyakit pada kacang tanah adalah dengan cara biologi.
Dalam hal ini adalah dengan menggunakan benih kacang tanah yang unggul. Benih
yang unggul ini didapatkan dari penyinaran dengan sinar gamma. Genotip dari
benih yang unggul ini diperoleh dari BATAN dan Balitkabi. Dimana terdapat 22
genotip kacang tanah yang diuji ketahanannya terhadap penyakit bercak daun dan
karat. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Jambegede, Kepanjen,
Kabupaten Malang, sejak Oktober 2009 –
Januari 2010. Digunakan metode Faktorial Rancangan Acak Kelompok dengan
tiga ulangan.
Perlakuan yang
dillakukan adalah dengan 22 genotip kacang tanah, yang terdiri dari 20 genotip
berasal dari BATAN. Sementara varietas
Kelinci dan Turangga, digunakan sebagai
pembanding berasal dari Balitkabi. Tanaman kacang tanah ditanam dalam plot
dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm (1
tanaman/lubang). Yang terdiri atas 2 percobaan yaitu Petak A yang digunakan
untuk mengukur penyakit bercak daun. Dilakukan penyemprotan dengan Triadimefon untuk menghindari penyakit karat. Petak B
digunakan untuk mengukur penyakit karat
dan disemprot dengan Tiofanat Metil untuk menghindari peyakit bercak daun.
Pengamatan yang
dilakukan meliputi berat brangkasan basah, berat polong basah, dan polong
kering. Serangan bercak daun dan karat diamati
dengan interval 2 minggu dimulai
sejak 4 – 10 mst. Pengamatan penyakit menggunakan metode skoring. Skor yang
digunakan adalah sebagai berikut : Skor 1 : tanpa serangan; Skor 2 = serangan 1
– 25 % ; Skor 3 = 26 – 50%; Skor 4 = 51 – 75%. Kriteria ketahanan skor 1 = tahan; Skor 2 = agak tahan; Skor 3 =
agak rentan; Skor 4 = sangat rentan. Skor ini diterapkan pada daun yang diamati
atau tanaman contoh.
Hasil dari ujicoba ini
menunjukkan bahwa genotip tanaman kacang tanah yang digunakan cenderung dapat
tahan terhadap penyakit bercak daun dan penyakit bercak daun. Hasil yang
diperoleh adalah bahwa intensitas serangan
bercak daun pada 10 mst berkisar antara
skor 2 – 3 yang berarti serangan berkisara antara
1 –
50%. Intensitas serangan terendah pada
varietas Kelinci dan Turangga
dan genotip Kidang.
Sedangkan intensitas serangan
karat pada 10 mst berkisar pada skor 2.0
– 2.5 serangan berkisar antara
1-30%. Skor terendah (skor 2.0) pada 9 genotip yaitu AH 1781 S1.
Hasil pengamatan berat
brangkasan basah berkisar antara 530.0 kg – 726.0 kg. Berat tertinggi pada
varietas Kelinci yaitu 726.0 kg. Varietas Turangga memiliki berat 721.2 kg.
Berat polong kering bervariasi antara
53.17 kg – 75.0 kg, dengan berat tertinggi pada genotip B30 12 /10 dan
D2521 /6. Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan tersebut dapat
dikatakan bahwa varietas Kelinci dan Turangga cukup resisten terhadap patogen Cercospora arachidicola, Cercosporidium
personatum. Dapat dilihat pada skoring pengamatan penyakit kedua varietas
tersebut memperoleh skor yang rendah, sehingga dapat menghasilkan brangkasan
dengan berat tertinggi. Daun – daun pada tanaman yang lain cenderung lebih
terserang penyakit bercak dan karat sehingga brangkasan yang dihasilkan lebih rendah
dari varietas Kelinci dan Turangga. Untuk berat polong kering kedua varietas
tersebut memiliki berat yang cukup tinggi walaupun tidak mencapai berat
tertinggi.
Dalam menentukan
tingkat keparahan terjadinya suatu penyakit metode skoring sangat efektif
diterapkan di lapang. Tanaman yang terserang penyakit yang telah mencapai
tingkat keparahan yang tinggi akan memperoleh skor yang tinggi. Manajemen
penyakit tanaman sangat perlu dilakukan untuk dapat memperoleh produksi yang
optimal. Salah satu bentuk manajemen penyakit ini adalah dengan cara biologis.
Perlakuan terhadap benih sehingga memperoleh benih yang unggul terbukti cukup
dapat menghasilkan hasil yang optimal dari sisi perlindungan terhadap patogen
yang selanjutnya berimplikasi pada peningkatan produksi.
Komentar
Posting Komentar