PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN PARADIGMA PEMBANGUNAN

T D Pamuji 1, N A Dillashandy 2, F P Ramadhani 2
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan 1, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat 2

PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia, terutama yang bermukim di pedesaan masih membutuhkan pembangunan. Banyak faktor yang mempengaruhi keterhambatannya pembangunan di desa, salah satunya dikarenakan wilayah desa yang berada jauh dari pusat perekonomian daerah. Pada umumnya masyarakat desa yang pembangunannya terhambat diidentikkan dengan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Pembangunan masyarakat harus disesuaikan dengan keadaan di desa tersebut seperti halnya dengan kasus kampung Nanggewer dan Mertasinga. Masyarakat kampung Nanggewer mayoritas berprofesi sebagai petani, maka dari itu pembangunan yang akan dilakukan harus berhubungan dengan masalah kemajuan pertanian dan kesejahteraan petani di daerah tersebut. Sedangkan kampung Mertasinga, mayoritas masyarakat di daerah tersebut berprofesi sebagai nelayan maka pembangunan harus sesuai dan berhubungan dengan kemajuan para nelayan.
Pembangunan bisa juga dibilang sebagai perubahan. Terdapat enam pendekatan pembangunan, yaitu: pendekatan pertumbuhan, pertumbuhan dan pemerataan, tataekonomi internasional baru, ketergantungan, kebutuhan pokok, dan pendekatan kemandirian. Didalam masyarakat luas (society) terdapat warga setempat (community) yang dapat dibedakan kedalam perhatian bersama yang memiliki kebutuhan dan tujuan yang sama disebut komunitas.

ANALISIS
Ciri-ciri Komunitas dalam Bacaan
Komunitas dalam perspektif sosiologis menurut Ife (1995) dapat diartikan sebagai warga setempat yang dapat dibedakan lebih luas melalui kedalaman perhatian bersama atau tingkat interaksi yang tinggi.Anggota dari suatu komunitas memiliki kebutuhan bersama, dan jika tidak ada kebutuhan bersama itu dapat dikatakan tidak merupakan suatu komunitas. Berdasarkan bacaan sasaran perluasan program karang gizi: kasus Nanggewer (Lala M Kolopaking) dapat diketahui bahwa masyarakat tersebut dapat diaktakan sebagai suatu komunitas yaitu pada kampung Nanggewer. Masyarakat tersebut memiliki kebutuhan bersama yaitu suatu kesejahteraan yang diperoleh dari lingkungan yang ada pada kampung Nanggewer. Bacaan peningkatan produktivitas penangkapan ikan masayarakat nelayan: kasus Mertasinga (Ono Sutarno) menunjukkan bahwa masyarakat tersebut memiliki suatu kebutuhan bersama yakni peningkatan kesejahteraan dari hasil laut.
Suatu komunitas menunjukkan keterlibatan anggotanya dalam aktivitas dikomunitas tersebut (Nasdian 2014). Bacaan sasaran perluasan program karang gizi: kasus Nanggewer (Lala M Kolopaking) menunjukkan bahwa masyarakatnya telah aktif dalam mengikuti aktivitas yang ada pada kampung Nangewer. Masyarakat turut mengikuti program yang diadakan oleh pemerintah desa maupun program swadaya. Diawali dengan adanya warung hidup (WH) dan apotek hidup (AH). Progrma tersebut berlanjut atau dapat diaktakan setelah mengalami kegagalan dan mengadaptasi program dari kampung Cigaru telah mengalami perubahan menjadi karang gizi. Pada bacaan peningkatan produktivitas penangkapan ikan masayarakat nelayan: kasus Mertasinga (Ono Sutarno) menunjukkan bahwa masyarakat telah aktif mengikuti aktivitas pengembangan masyarakat yang berupa pemberian kredit untuk pembelian mesin motor kapal dan pinjaman modal usaha. Selain itu mereka juga turut aktif dalam kelompok taruna tani nelayan yang dibentuk.

Menurut Nasdian (2014) suatu komunitas memiliki lokasi atau tempat tinggal tertentu. Bacaan sasaran perluasan program karang gizi: kasus Nanggewer (Lala M Kolopaking) tertuju pada komunitas masyarakat kampung Nanggewer yang menempati wilayah desa Mekarsari, kecamatan Cipaku, kabupaten Ciamis. Kampung tersebut terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Citanduy. Sedangkan pada bacaan peningkatan produktivitas penangkapan ikan masayarakat nelayan: kasus Mertasinga (Ono Sutarno) masyarakat tersebut tinggal di kawasan pesisir pantai dimana laut merupakan sumber matapencaharian utama.
Selain ciri-ciri terbut komunitas juga memiliki ciri yaitu adanya suatu perasaan diantara anggotanya bahwa mereka saling memerlukan dan bahwa lahan yang mereka tempati memberikan kehidupan kepada semuanya (Nasdian 2014).Terdapat unsur-unsur perasaan komunitas yaitu seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan. Bacaan sasaran perluasan program karang gizi: kasus Nanggewer (Lala M Kolopaking) tertuju pada komunitas masyarakat kampung Nanggewer dan bacaan peningkatan produktivitas penangkapan ikan masayarakat nelayan: kasus Mertasinga (Ono Sutarno) menunjukkan bahwa pada komunitas tersebut telah terjalin perasaan komunitas. Komunitas di kampung Nanggewer telah menunjukkan adanya perasaan komunitas dari warganya seperti terlihat pada saat terjadi kegagalan sistem WH dan AH, serta pada saat adanya program karang gizi yang ternayata juga menimbulkan konflik antar warganya. Namun demikian warga komunitas tersebut masih tetap dalam satu perasaan komunitas.Sedangkan untuk warga pesisir pada bacaan kedua telah menunjukkan perasaan komunitas yang berupa adanya rasa ingin bekerja dan berusaha bersama guna mneingkatkan kesejahteraan dan guna berkembangnya masyarakat pada komunitas tersebut.
Masyarakat yang Lebih Menunjukkan Ciri-ciri Komunitas
Komunitas dapat diartikan sebagai warga setempat atau suatu wilayah kehidupan sosial yang memiliki lokalitas, perasaan sewarga dan solidaritas. Berdasarkan bacaan yang ditulis oleh Lala M. Kolopaking yang berjudul “Sasaran Perluasan Program Karang Gizi: Kasus Nanggewer” dan bacaan yang ditulis oleh Ono Sutarno yang berjudul ”Peningkatan Produktivitas Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga” terdapat beberapa ciri komunitas didalamnya. Namun, yang paling menunjukan ciri ciri komunitas tersebut adalah kasus Mertasinga yang dapat dibuktikan seperti berikut:
·        Para nelayan mengikuti program Kredit Investasi Kecil yang ditetapkan oleh pemerintah di wilayah tersebut, karena mereka merasa bahwa kredit memang sangat diperlukan dan demi kemajuan bersama serta mereka juga bersemangat mengikuti kursus atau pelatihan untuk menyiapkan kemampuan mereka dalam mengoperasionalkan motor yang akan digunakan dan pembukuan usaha. Meskipun berbagai hal tidak memuaskan bagi pihak nelayan ataupun instansi Pembina. Selain para nelayan, masyarakat lainnya turut berpartisipasi dalam program ini. Kepala desa, juragan-juragan, dan pamong desa lainnya juga ikut berpartisipasi dalam program KIK ini.
·        Interaksi yang terjadi dalam masyarakat nelayan dalam kasus Mertasinga ini cukup besar sesama anggota. Misalnya, para nelayan berinteraksi dengan setiap pihak yang berpartisipasi dalam program KIK baik dalam hal kredit, memberikan kursus atau pelatihan dan Dinas Perikanan.
·        Masyarakat Mertasinga memiliki rasa peduli terhadap sesama yang tinggi, mereka lebih memikirkan kesejahteraan bersama dibandingkan dengan masyarakat Nanggewer.




Proses Pengembangan Masyarakat
Bacaan sasaran perluasan program karang gizi: kasus Nanggewer (Lala M Kolopaking) menunjukkan adanya proses people-centered development  yang digunakan dalam pengembangan masyarakat. People-centered development daapt dilihat dimana masyarakat turut aktif terlibat dalam proses pengmbangan masyarakat. Hal ini terlihat dari adanya masyarakat swadaya yang ingin agar masyarakat kampung Nanggewer sendirilah yang aktif dalam melaksanakan program pengembangan masyarakat yang telah rencanakan oleh pengurus kampung.Baik pada program WH dan AH, maupun program karang gizi yang diterapkan pada kampung Nanggewer.
Bacaan peningkatan produktivitas penangkapan ikan masayarakat nelayan: kasus Mertasinga (Ono Sutarno) menunjukkan bahwa terdapat proses pengembangan masyarakat yang dilakukan yaitu people-centered development. People-centered development ditunjukkan dengan adanya berbagai program usaha pengembangan masyarakat oleh kelompok taruna tani nelayan.Program tersebut berupa kegiatan ekonomi yang terbagi atas empat seksi yakni seksi perajutan jaring, seksi usaha lahan kering, seksi peternakan ayam, dan seksi peternakan kelinci.Kegiatan pengembangan masyarakat yang telah terlaksana walaupun dengan berbagai hambatannya menunjukkan bahwa peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk dapat melakukan suatu pengembangan masyarakat.
SIMPULAN
Komunitas dicirikan oleh adanya keterlibatan anggotanya dalam aktivitasnya, mempunyai suatu lokasi tertentu yang ditempati, memilki perasaan komunitas yakni seperasaan, sepenanggungan, dan saling memerlukan.Anggota dari suatu komunitas memiliki kebutuhan bersama dan jika tidak ada kebutuhan bersama maka buka disebut komunitas. Proses dalam melakukan pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan cara production-centered development dan people-centered development. Untuk masyarakat yang ada pada kamunitas pedesaan proses peopel-centered development lebih tepat untuk diaplikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ife. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Melbourne (AUS): Longman

Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Obor Pustaka Indonesia 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI PETA DIGITAL

SOIL AMENDMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN TANAH DI INDONESIA

STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT