PEMETAAN PROGRAM-PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
PEMETAAN
PROGRAM-PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
oleh:
T D Pamuji 1, N A Dillashandy 2, F P Ramadhani 2
Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan 1, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat 2
PENDAHULUAN
Kegiatan pengembangan masyarakat telah
ada sejak zaman dahulu. Amerika serikat adalah negara pertama yang memulai
kajian tentang pengembangan masyarakat. Menurut Brokensha dan Hodge (1969)
dalam Adi (2001) secara akademis pengembangan masyarakat di Amerika Serikat
merupakan suatu disiplin pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
ditingkat perdesaan atau rural extension
program. Di masyarakat perkotaan dikembangkan organisasi komunitas atau community organization yang bersumber
dari ilmu kesejahteraan sosial. Salah satu negara maju yang juga telah
melakukan pengembangan masayarakat adalah negara Inggris. Pemerintah kolonial
Inggris lebih menekankan pengembangan masyarakat di wilayah-wilayah jajahannya
atau wilayah kolonial Inggris (Nasdian 2014). Kajian mengenai pengembangan
masyarakat di Indonesia sangat menarik untuk dibahas. Hal ini dikarenakan
keragaman suku bangsa di Indonesia yang memiliki ciri tersendiri dalam
melakukan program pengembangan masyarakat.
Pemerintah negara berkembang telah
menjadikan pengembangan masyarakat sebagai suatu cara untuk mengintegrasikan
sumberdaya manusia yang ada dalam beragam komunitasnya (Nasdian 2014). Dalam
memandang pengembangan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa sudut pandang
yaitu pengembangan masyarakat sebgai proses, metode, program, dan gerakan
(Sanders 1958). Masing-masing sudut pandang memiliki ciri-ciri tersendiri. Pendidikan
penyuluhan dan pengembangan masyarakat merupakan kegiatan yang berbeda.
Keduanya merupakan tanggungjawab dari pemerintah untuk melakukannya. Selain
pihak pemerintah, pihak swasta juga terkait erat dengan hal ini terutama adalah
perusahaan-perusahaan.
Perusahaan memiliki kewajiban melakukan corporate social responsibility (CSR).
Dalam melakukan program CSR perusahaan harus berpatokan pada dimensi
lingkungan, sosial, ekonomi, pemangku kepentingan, dan kesukarelaan.
Pengembangan masyarakat memilki azas-azas yang harus dipenuhi. Selain itu
pengembangan masyarakat juga harus memenuhi prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip
tersebut adalah prinsip ekologis, prinsip keadilan sosial dan HAM, prinsip
mengahrgai yang lokal, prinsip proses, serta prinsip global dan lokal.
Menurut Ife (1995) pengembangan
masyarakat sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas:
1. Komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, 2.
Mensinerjikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan
partisipasi warga, 3. Membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis,
fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, 4.
Mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan
gagasan warga komunitas. Pada tahun 1957 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
memaparkan sepuluh prinsip-prinsip mengenai pengembangan masyarakat. Sepuluh
prinsip pengembangan masyarakat tersebut dianggap paling representatif untuk
diterapkan di seluruh dunia.
TIPE PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pada bacaan pertama Sasaran Perluasan
Program Karang Gizi: Kasus Nanggewer oleh Lala M Kolopaking menunjukkan bahwa
tipe pengembangan masyarakat sebagai suatu proses. Hal ini terlihat dari adanya
partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan pengembangan masyarakat.
Menurut Nasdian (2014) pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak
dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahapan
berikutnya yakni mencakup kemajuan dan perubahan dalam artian kriteria terspesifikasi.
Adanya program AW dan WH yang selanjutnya menjadi karang gizi merupakan proses
menuju ketahanan pangan. Selanjutnya adanya program tersebut menunjukkan adanya
perubahan pola pandang masyarakat terhadap ketahanan pangan. Pada bacaan
tersebut cenderung mendekati kearah pengembangan masyarakat tipe Amerika,
dimana pengembangan di masyarakat atau rural
extension program lebih ditonjolkan.
Bacaan Peningkatan Produktivitas
Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga oleh Ono Sutarno
menunjukkan bahwa pengembangan masyarakat yang dilakukan adalah dengan tipe
program. Hal tersebut terlihat pada adanya program pemodalan pembelian mesin
motor untuk kapal bagi para nelayan serta adanya pelatihan dan pembentukan
koperasi oleh dinas perikanan. Menurut Nasdian (2014) pengembangan masyarakat
sebagai suatu proses dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya
dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan, dengan menjalankan prosedur
kegiatan-kegiatan dianggap dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan isi bacaan.
Pada bacaan tersebut cenderung mendekati pengembangan masyarakat tipe Inggris.
Dimana masyarakat diberikan modal usaha guna meningkatkan produktivitas.
Pada bacaan Membangun Sebuah Sistem
Komunitas Bank Benih oleh Melaku Worede menunjukkan bahwa pengembangan
masyarakat sebagai suatu proses. Hal tersebut dapat dilihat dari usaha yang
dilakukan bersama oleh para masyarakat untuk mengusahakan bank benih secara
mandiri. Hal ini akan membuat masyarakat petani khususnya menjadi mandiri untuk
penyediaan benih. Selain itu juga diharapkan dengan adanya bank benih dapat
menjaga kelestarian plasma nutfah dan menjaga keanekaragaman hayati tumbuhan. Bacaan
tersebut cenderung mendekati tipe Amerika diamana rural extension program lebih ditunjukkan oleh adanya bank benih
tersebut.
PERBANDINGAN ANTARA PENDIDIKAN
PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Tabel
1. Matriks perbandingan pendidikan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
Bacaan
|
Pendidikan Penyuluhan
|
Pengembangan Masyarakat
|
Sasaran
Perluasan Program Karang Gizi: Kasus Nanggewer oleh Lala M Kolopaking
|
Bantuan
penyuluhan lapang oleh petugas Dinas Pertanian dalam memberikan penjelasan
kepada masyarakat Nanggewer. Serta adanya bantuan bibit tanaman dari Dinas
Pertanian.
|
Penduduk
diperkenalkan dengan program AH dan WH demi memanfaatkan pekarangan kering.
Kegiatan dilakukan secara mandiri. Adanya partisipasi aktif dari masyarakat
Nanggewer.
|
Peningkatan
Produktivitas Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga oleh Ono
Sutarno
|
Adanya larangan menggunakan kapal trawl sehingga pemerintah mengeluarkan
program motorisasi yang ditujukan kepada bekas Anak Buah Kapal (ABK) yang
diberikan pembinaan sebelum mengoperasikan motor tersebut dan untuk pembukuan
usaha.
|
Program
koperasi mina tani mengajak berbagai lapisan masyarakat unutuk turut serta
dalam mengembangkan usaha. Pengembangan masyarakat berbasis production dijalankan guna
meningkatkan produktivitas para nelayan.
|
Membangun
Sebuah Sistem Komunitas Bank Benih oleh Melaku Worede
|
Setiap
individu melakukan pelestarian dengan metode ex-situ dan in-situ.
Masyarakat lokal melakukan pelestarian plasma nutfah dan pengembangan
varietas baru untuk tanaman tertentu.
|
Masyarakat
lokal mengadakan kegiatan bank benih seacara mandiri. Dengan harapan dapat
mennyediakan benih sendiri bagi kebutuhan mereka. Serta menjaga
keanekaragaman hayati tumbuhan. Serta menjaga ekologi lingkungannya.
|
Kesimpulan yang dapat diambil dari
analisis yang telah dilakukan adalah bahwa pendidikan penyuluhan dan
pengembangan masyarakat memiliki perbedaan dan keterkaitan satu sama lain.
Pendidikan penyuluhan bersama community
organization dipandang sebagai suatu bagian integral dari community development (Nasdian 2014). Blackburn
(1989) membuat matriks perbedaan dan keterkaitan antara pendidikan penyuluhan
dan pengembangan masyarakat. Masyarakat Nanggewer mendapatkan pendidikan
penyuluhan secara langsung dari Dinas Pertanian, serta dapat melakukan
pengembangan masyarakat dengan baik. Masyarakat nelayan memperoleh pendiidkan
penyuluhan dari Dinas Periakanan sekaligus modal usaha sebagai cara
pengembangan masyarakat berbasis production
yang dilakukan di kalngan masyarakat nelayan. Program bank benih menunjukkan
adanya kegiatan pendidikan penyuluhan secara mandiri dan pengembangan
masyarakat yang juga memperhatikan faktor ekologi.
EMPAT AZAS PENGEMBANGAN MASYARAKAT
SEBAGAI SUATU PERENCANAAN SOSIAL
Pada bacaan Sasaran Perluasan Program
Karang Gizi: Kasus Nanggewer oleh Lala M Kolopaking mengacu pada empat azas
pengembangan sebagai suatu perencanaan sosial (Ife, 1995). Komunitas Nanggewer
berperan aktif dalam memajukan program Karang Gizi atau AH dan WH.
Mensinergikan strategi komperhesif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties) dan partisipasi warga.
Selain besarnya partisipasi warga, juga adanya dukungan dari petugas lapangan
Dinas Pertanian dalam pengadaan bibit-bibit tanaman dan pengajaran teknis. Membuka akses warga
atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar
meningkatkan pasrtisipasi warga. Hal tersebut dapat dilihat pada kegiatan
karang gizi dimana masyarakat mau mengaopsi teknologi baru dalam hal
pemanfaatan pekarangan walaupun beebrapa oknum menolak hal tersebut. Mengubah
prilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan
warga komunitas. Pada bacaan tersebut terlihat dengan adanya bantuan bibit dari
Dinas Pertanian untuk program AH dan WH.
Bacaan Peningkatan Produktivitas
Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga oleh Ono Sutarno berdasarkan analisis empat azas pengembangan masyarakat adalah sebagai
berikut. Semua kegiatan nelayan sudah ditentukan oleh pemerintah dan badan-badan
yang bersangkutan sehingga nelayan hanya mengikutinya. Maka dari itu komunitas
nelayan Mertasinga tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Para
nelayan merasa bahwa program pemerintah yang memberikan pembinaan mengenai
teknis penangkapan ikan tidak diperlukan, karena para nelayan ini memiliki
kemahiran dalam hal “kelautan”. Sedangkan yang diperlukan adalah bimbingan
diatas kapal mengingat para nelayan menggunakan jaring tipe baru. Warga
berpartisipasi membentuk kelompok kecil hanya untuk mendapatkan paket kredit
bersama. Pusat KUD menyelenggarakan kursus untuk menyiapkan kemampuan nelayan
dalam hal operasional motor dan agar intensif mengikuti kursus paranelayan
diberikan uang saku sebesar Rp 750,- setiap hadir dan setiap nelayan yang
menggunakan kapal motor 7 pk diberi uang tunai sesuai dengan besarnya paket kredit
dan dapat digunakan untuk memperbaiki perahunya. Dengan menerima paket kredit ini
para nelayan mau tidak mau diharuskan untuk memulai hidup berusaha sendiri,
dengan demikian muncullah mental ketidak tergantungan dan mereka tidak bisa meminta
upah atau gaji lagi karena mereka adalah pimpinan/juragannya.
Berdasarkan pada bacaan Membangun Sebuah
Sistem Komunitas Bank Benih oleh Melaku Worede menunjukkan bahwa pengembangan
masyarakat yang terjadi telah berlandaskan pada azas-azas pengembangan
masyarakat sebagai suatu perencanaan sosial. Hal tersebut misalnya saja dapat
terlihat pada adanya bantuan dari bank gen ataupun pihak terkait lainnya guna
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan bank benih. Selain itu juga
adanya program bank benih ini menunjukkan adanya perubahan perilaku baik pada
masyarakat ataupun stakeholder
lainnya yang menjadi lebih menghargai keragaman dan kekayaan hayati.
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
MENURUT PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA
Implementasi prinsip-prinsip
pengembangan masyarakat menurut PBB (1957) pada bacaan Sasaran Perluasan
Program Karang Gizi: Kasus Nanggewer oleh Lala M Kolopaking dapat dijelaskan
sebagai berikut. Program AH, WH, dan karang gizi dipandang sangat sesuai dengan
ke swadayaan masyarakat. Prinsip pemenuhan kebutuhan sendiri melalui usaha
sendiri dalam kegiatan WH dan AH, mendorong tokoh ini memulai dari dirinya
sendiri melaksanakan secara sungguh-sungguh kegiatan-kegiatan pemanfaatan
perkarangan. Pada saat kegiatan penelitian berkahir terlihat hampir seluruh
perkarangan di Nanggewer dihiasi petak-petak WH dan AH. Ada satu ciri yang
patut diperhatikan dari petak-petak WH dan AH terakhir ini, yaitu
tanaman-tanaman yang ditanam ditata untuk menimbulkan kesan keindahan
perkarangan rumah seperti kegiatan karang gizi. Adanya Kelompok Dampak dan
Kelompok Swadaya yang bergiat mendorong penduduk melakukan kegiatan AH dan WH
di pekarangannya.
Bacaan Peningkatan Produktivitas
Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga oleh Ono Sutarno
berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat menurut PBB (1957) adalah
sebagai berikut. Pada kasus Mertasinga ini program pemerintah dalam hal
pengoperasian kapal motor dan penyediaan kredit investasi kecil kurang sesuai
dengan kebutuhan dasar nelayan. Dinas yang bersangkutan kurang bertanggungjawab
dalam membina para nelayan agar dapat menerapkan program tersebut. Para nelayan membentuk kelompok kecil
yang beranggotakan 3 orang per kelompok untuk mendapatkan kredit bersama.
Mereka juga mengikuti kursus untuk menyiapkan kemampuan nelayan dalam hal
operasional kapal motor dan pembukuan usaha. Progam KIK memang dapat mengajarkan nelayan tentang
berorganisasi dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, namun hal ini kurang
efektif karena kurangnya pembinaan kepada nelayan dari pihak pemerintah yang
bertanggungjawab. Akan tetapi telah terbentuk kelompok taruna tani nelayan dan
PKK yang berpartisipasi dalam usaha diluar penangkapan ikan.
Berdasarkan pada bacaan Membangun Sebuah
Sistem Komunitas Bank Benih oleh Melaku Worede menunjukkan bahwa pengembangan
masyarakat yang dilakukan telah mengacu pada prinsip-prinsip PBB. Kegiatan yang
dilaksanakan berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat dan dirasakan semua
orang, dalam kasus ini kebutuhan dasar yang dimaksud adalah kebutuhan akan
pangan. Bank benih sebagai salah satu faktor pendukung suplai pangan bagi
masyarakat. Tentu saja hal ini dirasakan oleh seluruh masyarakat yang
bersangkutan. Pengembangan masyarakat mengarah pada partisipasi orang-orang
yang meningkat dan lebih baik dalam masalah-masalah masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam hal ini terlihat jelas dalam berbagai usaha mewujudkan komunitas bank
benih. Salah satu yang terlihat dengan adanya advokasi dari masyarakat. Organisasi-organisasi
non pemerintah dimanfaatkan bpenuh dalam pengambangan masyarakat, hal ini jelas
dapat diketahui dari adanya komunitas bank benih yang secara swadaya masyarakat
dibentuk sebagai salah satu usaha pengambangan masyarakat.
PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT: SUSTAINIBILITY, EMPOWERMENT, VALUING LOCAL
KNOWLEDGE, PARTICIPATION
Menurut empat dari 26 prinsip
pengembangan masyarakat ) pada bacaan Sasaran Perluasan Program Karang Gizi:
Kasus Nanggewer oleh Lala M Kolopaking dapat dijelaskan sebagai berikut. Sustainability (Keberlanjutan): program
AH dan WH atau Karang Gizi menciptakan tatanan ekologis, sosial, ekonomi di
tingkat lokal tanpa menggunakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
Pemanfaatan lahan kering untuk AH dan WH tidak hanya meningkatkan perekonomian
tetapi juga memperindah pekarangan.
Empowerment (Pemberdayaan): Program AH dan WH memperdayakan sumber daya,
keahlian serta pengetahuan penduduk demi mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan
masing-masing dengan usaha mereka sendiri. Valuing
local knowledge: Program AH dan WH digagas oleh salah satu tokoh
masyarakat, dan menyebarluaskan pengetahuannya melalui kegiatan pengajian atau
pertemuan lainnya. Participation
(partisipasi): Hampir seluruh perkarangan di rumah penduduk Nanggewer dihiasi
petak-petak WH dan AH. Hal tersebut membuktikan bahwa partisipasi penduduk
sangat besar dalam memajukan desa melalui pelaksaan AH dan WH.
Bacaan
Peningkatan Produktivitas Penangkapan Ikan Masyarakat Nelayan: Kasus Mertasinga
oleh Ono Sutarno telah memenuhi empat prinsip sustainibility, empowerment, valuing local knowledge, dan participation. Prinsip sustainibility ditunjukkan oleh adanya
program keberlanjutan dari program taruna tani dan PKK yang mempunyai berbagai
cabang usaha. Prinsip empowerment ditunjukkan
oleh program pemerintah mengenai motorisasi nelayan termasuk pada pemberdayaan
masyarakat karena memiliki tujuan agar mempermudah para nelayan dalam
penangkapan ikan. Dipertahankannya mata pencaharian penduduk Mertasinga sebagai
nelayan menunjukkan prinsip valuing local
value yaitu dengan masih menghargai tradisi yang telah lama dipertahankan
sebagai nelayan. Para nelayan ikut berpartisipasi dalam program pemerintah
yaitu kredit investasi kecil yang bertujuan untuk membuat kegiatan penangkapan
ikan lebih mudah dan efektif, lalu ibu-ibu juga ikut berpartisipasi dalam
kegiatan PKK merupakan penerapan dari prinsip participation.
Berdasarkan pada bacaan Membangun Sebuah
Sistem Komunitas Bank Benih oleh Melaku Worede menunjukkan bahwa pengembangan
masyarakat yang dilakukan telah memenuhi empat prinsip sustainibility, empowerment, valuing local knowledge, dan participation. Prinsip sustainibility terlihat dengan adanya
alternatif dan tatanan ekologis bagi pemanfaatan keanekargaman hayati tumbuhan.
Hal ini berimplikasi pada tatanan sosial, ekonomi, dan politik ditingkat lokal.
Prinsip empowerment terlihat pada
adanya program komunitas bank benih yang menunjukkan pemberdayaan masyarakat
guna dapat memenuhi kebutuhan akan benih secara mandiri. Prinsip valuing local knowledge dapat ditemukan
pada kegiatan in-situ dan ex-situ yang dilakukan oleh masyarakat.
Selain itu pada program bank benih juga dapat terlihat adanya usaha untuk
menjaga keanekaragaman haayti tumbuhan secara tradisional. Prinsip participation dapat dilihat pada program
bank benih yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam usaha pengadaan
komunitas bank benih.
Kesimpulan yang dapat diambil dari
analisis yang telah dilakukan adalah bahwa prinsip-prinsip yang telah diuraikan
adalah sebagai penghubung dalam melakukan kegiatan pengembangan masyarakat. Dalam
praktiknya prinsip-prinsip tersebut tidak boleh saling terpisah karena
berhubungan satu dengan lainnya dalam usaha pengembangan masyarakat. Jika salah
satu prinsip terpisah ataupun terabaikan maka pengembangan masyarakat yang
dilakukan belum tentu dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
KESIMPULAN
Pengembangan masyarakat memiliki
tipe-tipe spesifik berdasarkan pada kegiatan yang dilakukan. Menurut sejarahnya
pengemabangan masyarakat telah dilakukan sejak dahulu. Negara-negara yang telah
terlebih dahulu melakukan studi mengenai pengembangan masyarakat misalnya
adalah Amerika Serikat dan Inggris. Setiap negara memilki cara-cara tersendiri
untuk melakukan pengembangan masyarakat. Kegiatan pendidikan penyuluhan
merupakan sesuatu yang berbeda dari pengembangan masyarakat. Hal tersebut dapat
dibedakan dari segi konteks, proses, tujuan, dan cara kerja. Sebagai suatu
perencanaan sosial pengembangan masyarakat memiliki empat azas yang harus
dipenuhi. Dalam melakukan pengembangan masyarakat harus memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2000. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta
(ID): Lembaga Penerbit FEUI.
Blackburn. 1989. Foundations and
Changing Practices in Extension. Ontario (CAN): University of Gueph.
Ife.
1995. Community Development: Creating
Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice. Melbourne (AUS): Longman.
Nasdian. 2014. Pengembangan
Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sanders. 1958. The Community: an Introduction to a Social System. New York (US):
The Ronald Press Company.
Komentar
Posting Komentar