LAPORAN AKHIR OPTIMALISASI PENGGUNAAN SINAR UV, MINERAL ZEOLIT, DAN MINERALOID ARANG UNTUK MEMPEROLEH AIR LAYAK KONSUMSI

LAPORAN AKHIR 
OPTIMALISASI PENGGUNAAN SINAR UV, MINERAL ZEOLIT, DAN MINERALOID ARANG UNTUK MEMPEROLEH AIR LAYAK KONSUMSI
oleh:
T D Pamuji 1, E Addharu 1, A K Kurniawan 2, E Mattanzi 3, I N Maslahah 4

1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, 3 Departemen Fisika, 4Depertemen Biologi
RINGKASAN
Air merupakan  sumber kehidupan bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Air tersusun atas ion  hidrogen dan oksigen. Jumlah air layak konsumsi semakin menyusut seiring dengan bertambahnya jumlah manusia. Pencemaran oleh logam berat sering dijumpai di berbagai wilayah. Logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd) adalah logam berat berbahaya yang dapat membahayakan kehidupan mahluk hidup. Keberadaan bakteri yang terdapat pada air semakin memperburuk keadaan ini. Suatu tindakan diperlukan agar mengatasi permasalahan ini. Pembuatan filter dengan kemampuan menyerap logam berat merupakan salah satu teknik guna mengurangi logam berat tersebut.
Zeolit merupakan mineral kristalin grup aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali dan alkali tanah dengan struktur tiga dimensi yang tidak terbatas dalam bentuk rongga yang saling berhubungan. Arang merupakan bentuk mineraloid yang mudah diproduksi. Arang memiliki rongga yang berukuran lebih besar daripada zeolit. Sifatnya yang nonpolar ditambah zeolit yang polar dapat menjadi filter yang tepat untuk menyaring logam timbal dan kadmium. Metode penelitian dilakukan dengan pembuatan filter dengan kombinasi zeolit dan arang aktif. Konsentrasi timbal dan kadmium yang awalnya cukup tinggi dapat berkuranag hingga tidak ada lagi pada air yang diteliti. Perlakuan pengurangan bakteri pada air dilakukan dengan melihat jumlah bekteri pada air sebelum dan setelah penyinaran UV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi filter yang dibaut dapat mengurangi kandungan logam berat kadmium dan timbal. Perlakuan penyinaran UV dapat mengurangi jumlah bakteri Eschericia coli pada air.


Kata Kunci: Zeolit, Arang, Sinar UV

BAB I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia. Setiap individu membutuhkan air sebagai suplai utama dalam proses metabolisme tubuh manusia. Saat ini telah terjadi krisis air bersih di beberapa daerah di Indonesia, khususnya pada daerah yang memang beriklim kering. Di daerah yang beriklim tropis persediaan air  bersih dari sumber mata air pegunungan semakin menipis karena eksplorasi yang dilakukan. Konservasi air yang dilakukan belum berjalan secara maksimal. Adanya pencemaran dan polusi air semakin memperburuk keadaan ini. Banyak daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi air yang tidak higienis. Telah diketahui bersama bahwa air yang berasal dari tanah mengandung beberapa ion pentin. Namun demikian pada daerah yang tercemar limbah industri khususnya, ion-ion logam berat sering ditemukan seperti Cd, Pb, dan logam berat lainnya. Bakteri Eschericia coli merupakan bakteri yang sering dijumpai pada air yang dikonsumsi (Radji et al 2009).
Metode penjernihan air yang berkembang saat ini sudah cukup banyak dan dapat dikatakan canggih. Hasil yang diperoleh dari metode penjernihan air yang telah ada sebelumnya sudah dapat menghasikan air yang layak konsumsi. Namun demikian teknologi yang telah ada ini tidak selalu dapat digunakan oleh masyarakat. Masalah tersebut terkait dengan harga yang mahal serta penggunaannya yang terkadang tidak mudah untuk digunakan. Untuk itu perlu dibuat sebuah metode penjernihan air yang murah dan mudah digunakan. Namun demikian guna mendapatkan hasil yang optimal, penerapan teknologi canggih perlu dilakukan untuk dapat memperoleh hasil penjerniha air yang optimal. Salah satu penggunaan teknologi yang dapat digunakan guna mendapatkan air yang layak konsumsi adalah dengan menggunakan sinar UV. Sinar UV selama ini telah dimanfaatkan dalam proses penjernihan air, akan tetapi penggunaannya masih belum optimal karena penggunaannya yang cenderung hanya sekenanya saja. Sehingga perlu adanya suatu optimalisasi penggunaan sinar UV dalam proses penjernihan air. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui seberapa optimalkah penggunaan sinar UV dalam usaha pengadaan air layak konsumsi.
Zeolit merupakan mineral yang memiliki rongga atau pori yang selektif dalam melakukan filtrasi. Arang memiliki pori-pori yang lebih besar daripada zeolit. Hal ini menyebabkan arang dapat melakukan filtrasi terhadap molekul yang bersifat nonpolar. Pori-pori yang dimiliki zeolit lebih kecil sehingga dapat melakukan filtrasi terhadap molekul polar. Kedua sifat mineral dan mineraloid yang cenderung berbeda ini merupakan kombinasi yang bagus untuk melakukan filtrasi terhadap air.
1.2 Perumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana pengaruh penggunaan sinar UV untuk mematikan bakteri Escherichia coli dalam air dan (2) bagaimana pengaruh mineral zeolit  dan  mineraloid arang untuk menjernihkan air dari logam kadmium dan timbal.
1.3  Tujuan
            Tujuan dari program ini adalah mengetahui seberapa besar kemampuan sinar UV dalam mematikan bakteri Escherichia coli dalam air serta mineral zeolit dan mineraloid arang untuk menjernihkan air dari logam kadmium dan timbal.
1.4  Luaran yang Diharapkan
            Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah teknologi penyaringan air yang layak konsumsi dan tepat guna dengan memanfaatkan sifat dari mineral zeolit, mineraloid arang, dan sinar UV. Teknologi ini diharapkan mampu menjadi solusi dari masalah ketersediaan air untuk konsumsi. Luaran lain yang diharapkan adalah artikel ilmiah mengenai optimalisai penggunaan sinar UV, mineral zeolit, dan mineraloid arang untuk memperoleh air layak konsumsi.
1.5  Manfaat
1.     Mengatasi masalah ketersediaan air layak konsumsi.
2.     Mendapatkan data ilmiah mengenai penggunaan sinar UV, mineral zeolit , dan mineraloid arang untuk memperoleh air layak konsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral Zeolit
Zeolit adalah kelompok mineral yang dalam pengertian/penamaan bahan galian merupakan salah satu jenis bahan galian non logam atau bahan galian mineral industri dari 50 jenis yang ada (Arifin dan Bisri 1995). Sampai saat ini lebih dari 50 mineral pembentuk zeolit alam sudah diketahui, tetapi hanya sembilan diantranya yang sering ditemukan, yaitu klinoptilolit, mordenit,analsim, khabasit, erionit, ferierit, heulandit, laumonit dan filipsit. Dari hasil penyelidikan yang pernah dilakukan, jenis mineral zeolit yang terdapat di Indonesiaadalah modernit dan klipnoptilolit (Eddy et al 2000).
Menurut Arifin dan Harsodo (1991) secara geologi asal mula zeolit ditemukan dalam batuan tuf yang terbentuk dari hasil sedimentasi, debu volkanik yang telah mengalami proses alterasi. Ada empat proses sebagai gambaran mula jadi zeolit, yaitu proses sedimentasi debu volkanik pada lingkungan danau yang bersifat alkali, proses alterasi, proses diagenesis dan proses hidrotermal. Telah disebutkan bahwa molekul air terdapat pada zeolit sifatnya labil sehingga dengan cara pemanasan diatas 100C, air pori tersebut dapat diusir sehingga terbentuk pori-pori zeolit yang dapat memungkinkan zeolit dapat menyerap molekul-molekul yang mempunyai garis tengah lebih kecil dari pori-pori zeolit tersebut (Hardjatmo 1999).
2.2 Arang Aktif
Arang aktif adalah suatu bahan hasil proses pirolisis arang pada suhu 600-900oC. Selama ini bahan arang aktif yang digunakan berasal dari limbah limbah kayu dan bambu. Bahan lainnya yang dapat digunakan adalah dari limbah pertanian antara lain sekam padi, jerami padi, tongkol jagung, batang jagung, serabut kelapa, tempurung kelapa, tandan kosong dan cangkang  kelapa sawit, dan sebagainya. Pada tahap awal limbah pertanian dibuat arang melalui proses karbonisasi 5000C dan tahap selanjutnya dilakukan aktivasi pada suhu 8000 – 9000C. Perbedaan mendasar arang dengan arang aktif adalah bentuk pori-porinya. Pori-pori arang aktif lebih besar dan bercabang serta berbentuk zig-zag. Arang aktif bersifat multifungsi, selain media meningkatkan kualitas lingkungan juga pori-porinya sebagai tempat tinggal ideal bagi mikroba termasuk mikroba pendegradasi sumber pencemar seperti residu pestisida dan logam berat tertentu. Keunggulan arang aktif adalah kapasitas dan daya serapnya yang besar, karena struktur pori dan keberadaan gugus fungsional kimiawi di permukaan arang aktif seperti C=O, C2-, dan C2H- (Badan Litbang Pertanian 2011).
Kualitas arang aktif ditunjukkan dengan nilai daya serap iod dimana berdasarkan ketetapan dari SNI 06-3730-1995 arang aktif dinilai berkualitas bilamana nilai daya serap iodnya mendekati 750 mg/g. Misalnya arang dari tempurung kelapa dan tongkol jagung sebelum diaktifasi daya serap iodinnya masing-masing adalah 276 dan 452 mg/g, namun setelah diaktivasi meningkat menjadi 672 dan 647 mg/g mendekati nilai persyaratan kualitas arang aktif (Badan Litbang Pertanian 2011).
2.3 Sinar UV                                                                                                              
Ultraviolet merupakan suatu bagian dari spektrum elektromagnetik dan tidak membutuhkan medium untuk merambat. Ultraviolet mempunyai rentang panjang gelombang antara 400 – 100 nm yang berada di antara spektrum sinar X dan cahaya tampak. Secara umum sumber ultraviolet dapat diperoleh secara alamiah dan buatan, dengan sinar matahari merupakan sumber utama ultraviolet di alam. Sumber ultraviolet buatan umumnya berasal dari lampu fluorescent khusus, seperti lampu merkuri tekanan rendah (low pressure) dan lampu merkuri tekanan sedang (medium pressure). Lampu merkuri medium pressure mampu menghasilkan output radiasi ultraviolet yang lebih besar daripada lampu merkuri low pressure. Namun lampu merkuri low pressure lebih efisien dalam pemakaian listrik dibandingkan lampu merkuri medium pressure. Lampu merkuri low pressure menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm yang lethal bagi mikroorganisme, protozoa, virus dan algae. Sedangkan radiasi lampu merkuri medium pressure diemisikan pada panjang gelombang 180 – 1370 nm (Cahyonugroho 2012).
2.4 Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri indikator kualitas air minum karena keberadaannya di dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh feses, yang kemungkinan juga mengandung mikroorganisme enterik patogen lainnya. Escherichia coli termasuk kelompok bakteri berbentuk batang aerob fakultatif gram negatif dengan tebal 0,5 μm, panjang antara 1,0 - 3,0 μm, berbentuk seperti filamen yang panjang, tidak berbentuk spora, bersifat gram negatif. Escherichia coli merupakan salah satu kelompok bakteri yang dihindari kehadirannya dalam manusia. Bakteri E.coli yang bersifat patogen yaitu bakteri Escherichia coli O157:H7. Manusia yang terpapar oleh kuman E.coli O157:H7 disebabkan oleh kontak langsung dengan hewan atau akibat mengkonsumsi makanan seperti ikan, udang, daging, buah, sayur, air yang telah terkontaminasi serta susu yang belum dipasteurisasi. Kotoran manusia dan hewan merupakan sumber penularan E.coli O157:H7 terhadap manusia untuk dilakukan pendeteksian dengan gen stx1 untuk bakteri yang bersifat patogen (Anggraini et al 2013).
2.5 Persyaratan Kualitas Air Minum
Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 492/Menkes/per/IV/2010 tanggal 19 April 2010
No
Jenis Parameter
Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
1











Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan


a.Parameter Mikrobiologi


1. E.coli
Jumlah per 100 ml sampel
0
2. Total Bakteri Koliform
Jumlah per 100 ml sampel
0
b. Kimia an-organik


1.Arsen (As)
mg/l
0,01
2. Fluoride (F)
mg/l
1,5
3. Total Kromium (Cr)
mg/l
0,05
4. Kadmium (Cd)
mg/l
0,003
5. Nitrit (NO2-)
mg/l
3
6. Nitrat (NO3-)
mg/l
50
7. Sianida (CN-)
mg/l
0,07
8. Selenium (Se)
mg/l
0,01
9. Timbal (Pb)
mg/l
0,01

BAB III METODE PENELITIAN
Metode penjernihan air tercemar dilakukan dengan:
(1)            Menyaring air yang mengandung logam berat seperti timbal (Pb) dan  kadmium (Cd) menggunakan bahan penyaring zeolit dan arang aktif
(2) Sterilisasi air dari bakteri Escherichia coli dengan menggunakan sinar UV
3.1 Metode penyaringan Pb dan Cd
Metode penyaringan logam berat dilakukan dengan cara menggunakan filter dengan komposisi zeolit dan arang. Perlakuan penyaringan dilakukan dengan menggunkan kombinasi zeolit dan arang (ZA), zeolit saja (Z), serta arang saja (A). Kontaminan larutan Pb dan Cd dibuat dengan menggunakan larutan Pb dan Cd 1000 ppm yang diencerkan sampai dengan 10 ppm. Larutan air Pb 10 ppm dan Cd 10 ppm yang dihasilkan selanjutnya disaring masing-masing sebanyak 250 ml per sampel dengan menggunakan perlakuan filter dan dilakukan dengan tiga ulangan sehingga diperoleh sembilan satuan percobaan. Pengukuran konsentrasi Pb dan Cd dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Specrophotometer).
3.2 Metode Penyinaran UV
Pengujian sterilisasi bakteri dilakukan dengan membuat larutan fisiologis yang dikontaminasi bakteri Escherichia coli. Alat UV yang digunakan adalah UVGL-58 handled UV lamp, dengan panjang gelombang 254/365 nm. Penyinaran dilakukan selama satu menit dengan jarak lampu UV dengan air yang diuji sebesar 30 cm. Selanjutnya dilakukan pembuatan seri pengenceran dari larutan fisiologis untuk mendapat seri pengenceran 10-6 dan 10-7. Jumlah bakteri yang ada larutan tersebut dibiakkan dengan media agar nutrien. Pembiakan dilakukan untuk perlakukan sebelum dan sesudah penyinaran UV. Penyinaran UV dilakuakn selama satu menit untuk masing-masing sampel yang diujikan. Selanjutnya jumlah bakteri dihitung tiga dan lima hari setelah isolasi dilakukan.

BAB IV HASIL YANG DICAPAI
Tabel 2. Hasil Uji Coba Filter Logam Pb dan Cd dalam Air yang Dicemari Pb dan Cd
No
Perlakuan
Konsentrasi Pb (ppm)
Konsentrasi Cd (ppm)
1
Air terpolusi
9,5618
8,3236
2
Arang (A)
6,075
6,734
3
Zeolit (Z)
Td
0,4992
4
Zeolit + Arang (ZA)
Td
1,065
5
Air merk Aqua
Td
Td
Td: tidak terdeteksi
Berdasarkan ujicoba yang telah dilakukan diperoleh data penurunan konsentrasi logam timbal (Pb) pada air yang telah terpolusi timbal. Air terpolusi timbal memiliki konsentrasi sebesar 9,5618 ppm. Setelah dilakukan penyaringan sesuai perlakuan yang telah ditentukan diperoleh data pengurangan konsentasi logam timbal pada air terpolusi. Pada perlakuan arang (A) konsentrasi arang sebesar 6,075 ppm. Untuk perlakuan zeolit (Z) tidak terdeteksi adanya logam timbal. Perlakuan zeolit + arang (ZA) tidak terdeteksi adanya logam timbal. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dikatakan dengan menggunakan arang (A) tidak dapat menghilangkan logam timbal pada air terpolusi. Penurunan konsentrasi logam sebesar 6,075 ppm masih tergolong pada konsentrasi yang tinggi sehingga tidak dapat digunakan untuk konsumsi karena konsentrasi logam timbal (Pb) yang masih tinggi. Pada perlakuan zeolit (Z) dan perlakuan zeolit + arang (ZA) dapat dikatakan menghilangkan konsentrasi logam berat timbal. Hasil yang diperoleh menunjukkan logam timbal tidak terdeteksi pada air terpolusi tersebut. Kemampuan  zeolit  sebagai ion  exchanger telah  lama  diketahui  dan  digunakan  sebagai  penghilang  polutan  kimia (Rahman dan Hartono 2004).
Karbon  aktif  dengan luas  permukaan  yang  besar  dapat  digunakan untuk  berbagai  aplikasi  yaitu  sebagai penghilang  warna,  penghilang  rasa, penghilang  bau  dan  agen  pemurni  dalam industri  makanan.  Selain  itu  juga  banyak digunakan  dalam  proses  pemurnian  air  baik dalam  proses  produksi air  minum  maupun dalam penanganan limbah (Wu  2004). Pada perlakuan  arang (A) konsentrasi kadmium tidak berkurang terlalu signifikan. Konsentrasi kadmium yang masih terdapat dalam air sebesar 6,734 ppm dari total kadmium yang terkontaminasi di dalam air sebesar 8,3236 ppm dapat dikatakan bahwa hanya terjadi penurunan konsentrasi logam berat sebesar 19,09 %. Konsentrasi ini masih sangat tinggi sehingga belum dapat dikonsumsi karena berbahya jika ada  dalam tubuh makhluk hidup (Permenkes 2010). Pada perlakuan  zeolit (Z) dapat mengurangi kadmium sangat signifikan yaitu sebesar 94 %. Namun hal ini masih belum cukup untuk memenuhi standar kadmium didalam air minum. Konsentrasi  kadmium pada perlakuan zeolit (Z) lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan zeolit + arang (ZA), yaitu sebesar 0,4992 ppm pada perlakuan zeolit (Z) dan 1,065  ppm pada perlakuan zeolit + arang (ZA). Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat memperoleh air yang layak konsumsi perlu dilakukan penyaringan beberapa kali dengan menggunakan perlakuan zeolit (Z). Jika penyaringan dilakukan satu kali maka hanya terjadi penurunan konsentrasi logam berat, namun masih belum dapat dikonsumsi. Ambang batas konsentrasi kadmium yang diperbolehkan adalah sebesar 0,003 mg/L (Permenkes 2010). Hasil tersebut dapat diperoleh jika penyaringan dilakukan beberapa kali dengan menggunakan perlakuan zeolit (Z).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/per/IV/2010 tentang  Persyaratan Kualitas Air Minum konsentrasi timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada kadar maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 0,01 mg/L untuk logam timbal dan sebesar 0,003 mg/L untuk kadmium. Unsur itimbal merupakan logam  berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat neurotoxin, yaitu racun yang menyerang saraf dan bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu  yang lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah (Susanawati et al 2011). Sebagai pembanding dilakukan pengujian terhadap air mineral kemasan yang sering dikonsumsi masyarakat. Berdasalkan hasil pengujian tersebut logam timbal dan kadmium tidak terdeteksi dalam air tersebut. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan zeolit (Z) dan zeolit + arang (ZA) untuk logam timbal dapat membuat logam tersebut tidak terdeteksi ada pada air yang diuji.

Tabel 3. Hasil Isolasi Bakteri  pada Perlakuan Sebelum dan  Sesudah  Penyinaran UV
No
Faktor pengenceran
∑ sel sebelum penyinaran UV (CFU)
∑ sel setelah penyinaran UV (CFU)
Keefektifan
1
10-6
32 x 106
106
96,875%
2
10-7
48 x 107
0
100%

Gambar 1. Diagram Perbandingan Jumlah Bakteri Escherichia coli Sebelum dan Sesudah Penyinaran UV
Hasil isolasi bakteri Eschericia coli pada perlakuan sebelum dan sesudah penyinaran uv terjadi perbedaan. Pada faktor pengenceran 10-6 sebelum perlakuan penyinaran UV terdapat 32 x 106 CFU bakteri E.coli sedangkan setelah perlakuan penyinaran UV bakteri mengalami penurunan hingga 106 CFU. Pada faktor pengenceran 10-7 sebelum perlakuan penyinaran UV terdapat 48 x 107 CFU bakteri E.coli sedangkan setelah perlakuan penyinaran UV bakteri mengalami penurunan hingga 0 CFU. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui pada pengenceran yang lebih rendah yakni 10-6 masih terdapat bakteri yang hidup sedangkan pada pengenceran 10-7 setelah disinari uv tidak terdapat bakteri E.coli.
Hasil pengukuran sinar ultraviolet memiliki kemampuan untuk mempengaruhi fungsi sel makhluk hidup dengan mengubah material inti sel atau DNA, sehingga makhluk tersebut mati (Purwakusuma 2007). Sinar ultraviolet merupakan pembunuh mikroba yang sangat kuat, dengan panjang gelombang efektif berkisar antara 260 nm. Sinar ultraviolet diserap oleh protein dan asam nukleat (Jay 1996). Reaksi kimia yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan proses metabolisme pada mikroorganisme yang mengarah pada kematian.
Bila mikroorganisme disinari oleh sinar ultraviolet, maka ADN (Asam Deoksiribonukleat) dari mikroorganisme tersebut akan menyerap energi sinar ultraviolet.  Energi itu menyebabkan terputusnya ikatan hidrogen pada basa nitrogen, sehingga terjadi modifikasi-modifikasi kimia dari nukleoprotein serta menimbulkan hubungan silang antara molekul-molekul timin yang berdekatan dengan berikatan secara kovalen. Hal ini merusak atau memperlemah fungsi-fungsi vital organisme dan kemudian akan mematikannya (Akbar 2006).

BAB V KESIMPULAN
Perlakuan terbaik untuk penyaringan logam berat timbal (Pb) adalah pada perlakuan zeolit (Z) dan perlakuan zeolit + arang (ZA). Logam berat timbal dalam air hasil perlakuan filter tersebut tidak terdeteksi. Perlakuan terbaik untuk logam kadmium (Cd) adalah pada perlakuan zeolit (Z) dimana konsentrasi hail penyaringan dengan perlakuan tersebut adalah yang paling rendah diantara perlakuan lainnya. Penyinaran UV dengan panjang gelombang 254/365 nm daapt mematikan bakteri Escherichia coli dalam air. Penurunan jumlah bakteri berdasarkan satuan pembentuk bakteri sebesar 96,875 % pada pengenceran 10-6 dan sebesar 100 % pada pengenceran 10-7.

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana tahapan berikutnya yang akan dilakukan adalah penyelesaian administrasi penelitian terkait penggunaan bahan-bahan dan analisis laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar M.A. 2006. Sterilisasi Air Minum dengan Sinar Ultraviolet. http://fi.lib.itb.ac.id/Diakses pada 18 Juni 2014.
Anggraini et al. 2013. Uji Bakteri Escherichia Coli Yang Resisten Terhadap Antibiotik Pada Ikan Kapas-kapas Di Sungai Batang Arau  Padang. Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 2 Hlm 17.
Arifin dan Bisri. 1995. Bahan Galian Industri Zeolit.Bandung (ID) : Pusat Penelitian danPengembangan Teknologi Mineral Bandung.
Arifin dan Harsodo. 1991. Zeolit alam, potensi, teknologi, kegunaan dan prospeknya di Indonesia. Bandung (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Bandung.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Arang Aktif Meningkatkan Kualitas Lingkungan. (terhubung berkala) :http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/99/file/Arang-Aktif-Meningkatkan-K.pdf. Diakses pada 6 Juni 2014.
Cahyonugroho. 2012. Pengaruh Intensitas Sinar Ultraviolet Dan Pengadukan  Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri  E.coli. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 1 Hlm 18.
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor492/Menkes/per/IV/2010. Jakarta :Departemen Kesehatan RI 2010.
Eddy et al. 2000. Penyelidikan Lanjutan Endapan Zeolit di DaerahCipatujah dan Sekitarnya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jakarta (ID) : Direktorat Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hardjatmo. 1999. Karakteristik Mineralogi dan Sifat Kimia-Fisika Zeolit. Bandung (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Bandung.
Jay J. M. 1996. Modern Food Microbiology.  Fifth edition.  International Thomson Publishing. Florance.
Purwakusuma W. 2007. Filter Ultraviolet. http://www.ofish.com. Diakses pada 18 Juni 2014.
Radji et al. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Daerah Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. V No. 2 Hlm 101-109
Rahman dan Hartono. 2004. Penyaringan Air Tanah dengan Zeolit Alami Untuk Menurunkan Kadar Besi dan Mangan. Makara Kesehatan Vol 8 No 1 Hlm 1.
Susanawati et al. 2011. Penurunan Kandungan Logam Berat pada Air Lindi dengan Media Zeolit Menggunakan Metode Batch dan Metode Kontinyu. Agroinotek Vol 5 No2 Hlm 126.
Wu J.  2004.  Modeling  Adsorption  of  Organic Compounds  on  Activated  Carbon. Multivariate  Approach.  Unema University. Sweden.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIGITASI PETA DIGITAL

SOIL AMENDMENT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGELOLAAN TANAH DI INDONESIA

STRATEGI DAN PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT