IMPLEMENTASI METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT GOTONG ROYONG RUTIN BERBUAH JALAN DESA: CERITA KEMANDIRIAN MASYARAKAT AMARASI, NTT
IMPLEMENTASI
METODE-METODE PARTISIPATIF DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
GOTONG ROYONG RUTIN
BERBUAH JALAN DESA: CERITA KEMANDIRIAN MASYARAKAT AMARASI, NTT
oleh:
T D Pamuji, N A Dillashandy, F P Ramadhani
Pendahuluan
Indonesia merupaka negara majemuk dengan
beragam suku dan budaya. Pembangunan di Indonesia dewasa ini merujuk pada
pembangunan yang berbasis pada masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan
salah satu upaya dalam melakukan pembangunan. Pengembangan masyarakat
menitikberatkan kepada partisipasi masyarakat. Kegiatan swadaya yang
dilaksanakan oleh masyarakat memerlukan partisipasi masyarakat. Sinergi antara
masyarakat dengan stakeholder terkait
seperti pemerintah dan pihak swasta diperlukan guna menunjang usaha swadaya
masyarakat. Tujuan dari usaha swadaya masyarakat adalah menigkatkan taraf hidup
masyarakat yang artinya berujung pada kesejahteraan dibidang ekonomi dan
sosial. Agar tercapai pembangunan yang efektif diperlukan inisiatif dari
masyarakat serta adanya pelayanan teknis untuk masyarakat.
Partisipasi masyarakat diperlukan untuk
melakukan program pengembangan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat digunakan metode-metode partisipatif. Menurut Nasdian (2014)
terdapat tiga pendekatan pendampingan masyarakat yaitu pendekatan menolong diri
sendiri, pendampingan teknik, dan pendekatan konflik. Pendekatan menolong diri
sendiri menitikberatkan pada peran masyarakat sebagai partisipan dalam
melakukan kegiatan dan juga kontrol kegiatan, pendamping hanya sebatas
fasilitator. Pendekatan pendampingan teknik mendasarkan pada perkiraan
kebutuhan oleh para perencana yang dapat mengantarkan dan mengevaluasi proses
pengembangan masyarakat. Pendekatan konflik menekankan pada upaya-upaya untuk
menyadarkan masyarakat bahwa yang dilakukan oleh orang lain juga baik jika
dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Pengembangan masyarakat memerlukan pendampingan
yang bersifat partisipatif. Nasdian (2014) membuat kriteria untuk pendampingan
agar dapat dikatakan pendampingan partisipatif. Kriteria tersebut adalah (1)
mengandung unsur perencanaan, implementasi, dan evaluasi; (2) dapat dipandang
sebagai alat yang berdiri sendiri dengan kekuatan dan kelemahannya; (3)
merupakan alat yang bersifat parsitipatif. Beberapa alat untuk melakukan
pendampingan partisipatif kepada masyarakat diantaranya adalah Technology of
Participation (ToP), Environmental Scanning
(ES), Logical Frame Approach (LFA), Pariticipatory Impact Monitoring (PIM),
Focus Group Discussion (FGD), dan Zielobjective
Orientierte Project Palnning (ZOPP).
Metode Partisipatif
Berdasarkan bacaan Gotong Royong Rutin Berbuah Jalan Desa: Cerita
Kemandirian Masyarakat Amarasi, NTT oleh Setiadhi (2005) dapat
diketahui bahwa metode partisipatif yang dilakukan adalah dengan metode Technology of Participation (ToP). Hal
tersebut dapat dilihat dari adanya gagasan besar yang dapat menggerakkkan
partisipasi masyarakat dan menjalankan langkah-langkah teknis untuk mencapai
tujuan yang dinginkan. Ide atau gagasan besar dating dari raja sekaligus camat
di Amarasi Very
Koroh yang mencetuskan gagasan pembuatan jalan raya. Gagasan tersebut pada
awalnya dirasa sulit untuk diwujudkan. Namun dengan melakukan pendekatan dengan
tepat kepada masyarakat gagasan Very Koroh dapat terlakasana. Pendekatan yang
dilakukan untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara
mengumpulkan para kepala desa untuk diberi sosialisasi mengenai pembangunan
jalan. Selanjutnya kepala desa menyampaikan gagasan tersebut secara lebih lanjut
kepada masyarakat.
Strategi
yang dilakukan untuk membangun jalan adalah dengan cara bergotong-royong. Very
Koroh dapat memanfaatkan fungsi setiap stakeholders
terkait untuk dapat membantu kegiatan gotong-royong tersebut. Para stakeholder tersebut diantaranya adalah
pemimpin gereja, aparat pemerintah (Dinas PU), tokoh masyarakat, dan lembaga
pendidikan. Masyarakat yang melakukan kegiatan gotong-royong pembangunan jalan
baru tersebut memiliki inisiatif untuk membawa perlengkapan dan bekal makanan
sendiri pada saat pelaksanaan gotong-royong pembangunan jalan baru. Dinas
Pekerjaan Umum bertugas memberi pengarahan secara teknis dan turut menyediakan
alat berat guna membantu pengerjaan jalan baru tersebut.
Hasil dari upaya gotong-royong untuk membangun
jalan raya ini adalah adanya 99 jalan tembus baru di wilayah Amarasi. Hal ini
berdampak pada bidang ekonomi dan sosial dari masyarakat Amarasi. Masyarakat
Amarasi memanfaatkan fasilitas jalan baru tersebut untuk menjual berbagai
produk yang mereka hasilkan. Hal tersebut menyebabkan tingkat kehidupan
masyarakat Amarasi secara ekonomi mengalami kenaikan. Akses untuk memperoleh
fasilitas pendidikan juga meningkat. Setelah dibangunnya jalan baru tersebut
masyarakat Amarasi dapat bersekolah dengan lebih mudah. Dengan terbukanya akses
ekonomi dan pendidikan ini diharapkan masyarakat Amarasi dapat hidup dengan
lebih sejahtera.
Tahapan-Tahapan dalam
Mengimplementasikan Metode Partisipatif
Bacaan Gotong
Royong Rutin Berbuah Jalan Desa: Cerita Kemandirian Masyarakat Amarasi, NTT oleh Setiadhi (2005)
menunjukkan beberapa tahapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan
yang diinginkan. Beberapa tokoh terlibat dalam setiap tahapan yang berlangsung.
Very Koroh merupakan tokoh yang merupakan tokoh sentral dalam pelaksanaan
setiap tahapan. Berikut ini adalah tahapan yang dilakukan untuk
mengimplementasikan metode partisipatif dalam pembangunan di kecamatan Amarasi.
1.
Victor Hendrik Raisam Koroh atau yang dikenal dengan
Veky Koroh memotivasi warga dalam
bergotong royong membuat jalan tembus karena pada
kecamatan Ambarassi, warga desa yang ingin mengantar kerabat mereka yang
meninggal harus melewati jalan yang
sangat jauh dan melewati hutan untuk sampai
pada tempat pemakaman
2.
Perihal
pembangunan jalan tembus secara gotong royong maka dibentuklah sebuah forum. Veky Koroh berkata bahwa jalan menuju ke
pemakaman harus dibuat agar jenazah dapat diantarkan dengan terhormat. Apabila ada warga yang tidak ikut
melakukan gotong royong, ketika ia meninggal ia tidak boleh mengakses jalan
tersebut. Hal inilah yang
memotivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan jalan.
3.
Kegiatan gotong
royong dilaksanakan pada saat pascapanen sehingga
para petaniwaktu luang untuk pelaksanaan gotong royong tersebut yang
berlangsung selama 4 hari berturut-turut.
4.
PU memberikan bantuan berupa alat-alat berat karena keterbatasan alat yang dimiliki oleh warga. Beberapa staf PU ikut berpartisipasi untuk
memberikan arahan yang dapat mempermudah
pekerjaan warga.
5.
Jalan tembus
tersebut dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat Ambarassi dan mempermudah akses transportasi. Oleh karena itu, warga setempat memiliki mata pencaharian yang lebih beragam.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dunia pendidikan memiliki tiga tipe
kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez-faire. Tipe kepemimpinan
otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator. Pemimpin diktator
adalah suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin bertindak sebagai
diktator, pemimpin adalah penguasa, semua kendali ada di tangan pemimpin.
Dengan kepemimpinan diktator, semua kebijakan ada ditangan pemimpin, semua
keputusan ada di tangan
pemimpin,
semua bentuk hukuman, larangan peraturan dapat juga berubah sesuai dengan
suasana hati pemimpin
Gaya kepemimpinan demokratis adalah dalah gaya
pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikut sertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang
tugas serta tanggung jawabpara bawahannya. Tipe kepemimpinan Laissez-faire
sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan hak untuk
bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas dan kerja
sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya.
Terdapat dua tipe kepemimpinan yang dianut
dalam bacaan. Pertama yaitu tipe kepemimpinan otoriter oleh kepala desa, ketua
RW dan ketua RT. Dapat dikatakan bahwa tipe kepemimpinannya masih bersifat
tradisional. Ketika ada warga yang absen bergotong-royong, terdapat sanksi
berupa denda uang yang biasa disebut Kabu. Namun tipe yang kedua, yaitu tipe
kepemimpinan demokratis lebih dominan dalam bacaan. Veky Koroh, seorang raja
yang juga merupakan camat di Amarassi, sangat menjunjung demokratis. Hampir
seluruh kegiatan yang dilakukan di Amarissi merupakan hasil dari konsensus,
yang kemudian dikerjakan dengan gotong royong. Tidak hanya mampu memotivasi
penduduk Amarissi untuk melakukan gotong royong, beliau juga ikut turun
langsung dalam melakukan konsensus dan gotong royong. Very Koroh merupakan
contoh pemimpin sebagai fasilitator.
Very
Koroh telah menunjukkan keberhasilannya dalam memimpin kecamatan Amarasi dengan
cara bertindak sebagai fasilitator bagi masyarakat Amarasi.
Kesimpulan
Masyarakat Amarasi dibawah kepemimpinan raja
sekaligus camatnya Very Koroh telah berhasil menerapkan pembangunan secara
berkelanjutan. Very koroh merupakan pemimpin dengan tipe kepemimpinan sebagai
seorang fasilitator. Very Koroh berhasil membangkitkan partisipasi masyarakat
untuk dapat membangun jalan. Keberhasillannya ditunjang oleh pendekatan yang
dilakukannya. Dengan menggunakan metode Technology
of Participation Very Koroh berhasil mengajak masyarakat Amarasi untuk
berpartisipasi membangun jalan baru. Keberhasilan dalam membangun jalan baru
ini membuat meningkatnya taraf hidup masyarakat Amarasi, baik secara sosial
mapun ekonomi.
Daftar Pustaka
Nasdian. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Setiadhi. 2005. Gotong
Royong Rutin Berbuah Jalan Desa: Cerita Kemandirian Masyarakat Amarasi, NTT. Surabaya (ID): CESS dan JPIP.
Komentar
Posting Komentar